Makna Uang
Dalam kamus Oxford, money didefinisikan sebagai “what you earn by working or selling things, and use to buy things”.Sedangkan merurut para ahli ekonomi dalam buku David Knox “Choices in Relationships” uang merupakan alat tukar yang memungkinkan untuk mendistribusikan barang-barang atau jasa dalam masyarakat. Tapi uang juga memiliki arti secara personalyang berhubungan dengan konsep diri, kekuasaan, keamanan, kebebasan, hubungan sosial, cinta dan konflik dalam pernikahan.[1]
Konsep Diri
Uang mempengaruhi konsep diri seseorang. Karena, dalam masyarakat kita, nilai manusia sering disamakan dengan prestasinya secara finansial. Seorang ayah atau suami terkadang merasa gagal ketika dia tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan membandingkan keluarganya dengan keluarga lain yang berhasil secara finansial. Uang juga mempengaruhi konsep diri seseorang dalam pergaulan. Bagi remaja ketika teman-teman baik secara financial dan mendapati dirinya kurang, maka biasanya ada kecendrungan untuk merasa rendah diri.
Orang-orang yang punya uang biasanya merasa berkuasa, memiliki kendali lebih atas sesuatu, peristiwa, dan orang lain. Rata-rata orang jika ingin membeli sesuatu mungkin akan berkata “saya tidak mampu untuk membeli itu”. Lain halnya dengan orang yang memiliki banyak uang, mungkin mereka tidak mempertimbangkan harga barang, dan mungkin mereka membeli berdasarkan hasrat keinginan saja. Kemampuan untuk membeli barang dan jasa akan menghasilkan perasaan kekuatan, kekuasaan berarti mendapatkan apa yang kita inginkan ketika kita menginginkannya.
Oscar Wilde pernah berkata, "Ketika saya masih muda, saya gunakan untuk berpikir bahwa uang adalah hal yang paling penting dalam hidup, sekarang saya lebih tua, saya tahu bahwa uang mewakili keamanan”.
Uang memberi kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan. Ketika ingin makan di luar atau nonton di bioskop tapi tidak punya uang. Akan merasa buruk sepanjang waktu karena tidak ada uang untuk melakukan apa pun. Namun ketika memiliki pekerjaan yang baik, punya uang di bank dan di saku. Maka akan merasa bebas untuk melakukan apapun yang ingin dilakukan.
Uang mempengaruhi hubungan antar pasangan, antar pasangan dengan orang tua mereka, dan antar pasangan dengan rekan-rekan mereka. Orang lebih cenderung untuk tetap menikah di bawah kondisi tekanan keuangan. Meskipun kebanyakan studi menunjukkan bahwa meningkatnya pendapatan berpengaruh besar terhadap stabilitas perkawinan (mengurangi konflik yang disebangkan kurangnya uang), dan kemungkinan perceraian meningkat ketika pendapatan diperoleh suami isteri rendah.
Uang juga bisa berarti cinta. Ketika memberi hadiah orang yang dikasihi biasanya ingin membelikan yang terbaik. Nilai sebuah hadiah bias diartikan sebagai perasaan yang dalam ketika mencintai.
Uang juga dapat menjadi sumber konflik antar pasangan ketika salah satu pasangan ingin membeli sesuatu yang akan mencegah pasangan lain dari membeli sesuatu yang lain. Sebagai contoh, seorang suami ingin membeli perekam video dan kamera yang harganya sekitar 2.5 juta. Istrinya ingin membeli piano dan sofa untuk ruang tamu kosong mereka, yang akan menelan biaya sekitar 3 juta. Suami berpikir bahwa menghabiskan uang untuk sofa dan piano yang tidak ada seorangpun memainkannya adalah hal yangbodoh, istri berpikir bahwa menghabiskan uang untuk video dan kamera adalah membuang-buang uang. Tidak semua uang konflik dalam pernikahan tentang perekam video dan furniture, tapi masalah selalu sama yaitu uang.
Wanita Bekerja: Dahulu dan Sekarang
Sejarah telah menginformasikan bahwa sebelum datangnya Islam, kondisi wanita secara umum adalah suram. Wanita, yang melahirkan manusia, dihina, diperlakukan kasar dan diturunkan derajadnya sebagaimana pembantu, diperlakukan seperti budak yang dapat dipelihara dan diceraikan menurut kesenangan suaminya. Wanita dipandang sebagai perwujudan dosa, kemalangan, aib, dan malu, dan tidak memiliki hak dan kedudukan apapun di dalam masyarakat.[2]
Motivasi Wanita untuk Bekerja di Luar Rumah
Menurut Dra. Catherine D.M. Limansubroto, MSc (Psikolog). banyak alasan yang menyebabkan seorang istri memutuskan bekerja. Salah satunya karena ingin membantu ekonomi keluarga. Mungkin istri merasa keluarganya perlu memperoleh income dari kedua belah pihak, sehingga ia ambil bagian dalam segi ekonomi keluarga. Bisa juga istri bekerja karena tuntutan keadaan semisal suami kena PHK dan kebetulan ia pun memiliki kesempatan untuk bekerja. Keinginan untuk mengaktualisasikan diri juga menjadi alasan lain seorang istri memutuskan bekerja. Mungkin karena pendidikannya yang cukup tinggi, sehingga ia ingin mengabdikan ilmunya. Tapi tak jarang pula keinginan bekerja muncul karena istri melihat di lingkungannya, semua wanitanya bekerja. Mungkin karena ibu dan kakak-kakaknya yang wanita bekerja semua, sehingga ia merasa aneh jika tak bekerja. Jadi ia bekerja karena memang ia merasa harus bekerja.[7]
Pekerjaan Berbeda dengan Karier
Menanggapi motif-motif yang menyangkut dalaam hal pekerjaan, pekerjaan tidak selamanya diartikan sebagai sesuatu yang sama bagi isteri-isteri yang bekerja. Sebagian melihatnya pekerjaan hanya sebagai Job, disisi yang lainnya pekerjaan dilihat sebagai karier.
Karier dan pekerjaan pada dasarnya memiliki kesamaan, tetapi karier lebih didasarkan atas pelatihan khusus, membutuhkan komitmen yang tinggi serta mobilitas. Ada seorang pakar psikologi menyatakan adanya tingkatan S1, S2 dsb, bahwa saya tidak faham dengan posisi diri sendiri, saya suka bekerja dengan orang lain, aku sekolah 20 tahun, dan menghabiskan 230 lembar disertasiku untuk menyelesaikan S2 ku. Kebanykan para pembisnis mencatat ketika kamu tidak S2 maka kamu tidak akan diajak bicara.
1. Tanggung Jawab Terhadap Anak
Kewajiban pada anak dan keluarga membuat wanita sulit bersaing dengan karyawan pria. Umumnya wanita menomorsatukan keluarga. Beberapa wanita karier ada yang memilih bekerja jauh daripada mengurus anak. Data- menurut penelitian dari 250 wanita karier yang menghasilkan $75,000 per tahun, 50% wanita karier tersebut belum mempunyai anak dibanding wanita non-karier (Gilson & Kene, 1987).
Karier membuat wanita yang sudah menikah sulit mengurus rumah. Umumnya jika gaji isteri naik, maka peran suami dalam mengurus rumah akan meningkat. Tidak selalu isteri/wanita karier tidak bahagia, menurut survei 26% tidak bahagia dengan suami, sedangkan 69% mengaku bahagia. Data- dalam studi 113 mahasiswi yang sudah menikah, tidak lebih dari 3% suaminya yang bertanggung jawab mengurus anak. kurang dari 10% suami bertanggung jawab mencuci pakaian, membersihkan kamar mandi, dapur, menjahit dan menyiapkan makanan.(Sack & Liddell, 1985).
Jika suami tidak mendukung langkah karier sang isteri, akan membuat isterinya sulit sukses dan bahagia. Data- dalam studi 999 mahasiswa di 104 universitas, hanya 15% pria mengatakan mereka ingin isteri yang tidak bekerja di luar rumah (Stewart, 1986).
Pernikahan dengan Suami-Istri Sama-sama Bekerja
Karier tertentu dapat berpengaruh buruk pada keluarga, studi menunjukkan dari sebuah grup ilmuwan, 60 orang dari grup tersebut sangat fokus pada pekerjaan dan mengesampingkan keluarga.
Beberapa pasangan mementingkan karier istri. Data- hanya 12% istri yang tinggal dengan suami mereka yang menghasilkan lebih banyak uang ketimbang suami mereka. Hal ini mewakili 6 juta istri. Beberapa darinya melampaui suaminya dibidang karier, namun kebanyakan kasus mereka menikah dengan pria yang untuk sementara kesulitan mendapat kerja yang bergaji lebih.
Kadang-kadang pasangan mengaku karier mereka sama pentingnya, meski begitu sangat jarang mereka mendapat hasil yang sama. Data- Dari survey dari 65.000 wanita, 13% diantaranya mengaku mendapat penghasilan yang sama dengan partner mereka. (Bowe, 1986).
Pernikahan dengan Pasangan yang Berpindah-Pindah (Demi Pekerjaan)
Kepentingan karier membuat pasangan harus berpindah-pindah demi pekerjaannya, bahkan harus terpisah.
a. Komitmen karir setara
Kedua pasangan mendedikasikan karir dan pekerjaan. Pekerjaan bagi keduanya sama-sama penting.
Pasangan tersebut mengalami kesulitan dalam hal jarak, karena harus berpindah demi pekerjaan.
Pasangan tersebut menganggap keterpisahan tersebut sebagai konsekuensi permnen dari pernikahan.
Mereka sulit berkonsentrasi pada pekerjaan karena memikirkan keluarga. Data- Sudah biasa bagi pasangan yang berpindah-pindah (demi pekerjaan) menghabiskan 6000 dollar per tahun, bepergian untuk bisa selalu bersama.
a. Percakapan yang terpisah
Karena jarang hidup bersama mereka jarang berkomunikasi untuk berbagi permasalahan. Data- Dalam suatu study 42% pasangan yang berpindah-pindah demi pekerjaan menelpon satu sama lain setiap hari, 30% diantaranya beberapa hari sekali. (Gerstel dan Gross, 1984, p.56)
Pasangan mempunyai waktu luang yang sedikit karena terpisah. Data- Lebih dari 50% dari 71 pasangan yang berpindsh demi pekerjaan bersama-sama bertemu setiap minggunya. (Gerstel and Gross, 1984)
Terpisah satu sama lain membuat pasangan tersebut jarang berhubungan intim.
Mereka sulit berkonsentrasi pada pekerjaan karena memikirkan keluarga.
Pasangan tersebut kurang punya waktu untuk liburan bersama anak mereka atau mengurus kebutuhan anak sehari-hari.
a. Hubungan yang meningkat
Karena terpisah, soal bersama menjadi spesial yang membuat meningkatnya kualitas hubungan.
b. Mengurangi pertengkaran
Pasangan yang terpisah cenderung jarang bertengkar dibanding pasangan yang selalu bersama. Pertimbangan- Beberapa konflik dalam pasangan yang berpindah-pindah dapat dikurangi dengan mengakui satu sama lain bahwa karier satu orang sangat penting dan pasnagan tersebut mempunyai komitmen yang tinggi dibidang karier. Pasangan tersebut dapat fokus pada keuntunagn gaya hidup mereka dan menikmati saat-saat bersama mereka.[11]
Ekonomi adalah salah satu pondasi fundamental dalam kehidupan rumah tangga. Kemapanan ekonomi dalam rumah tangga adalah salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan[12] sebuah keluarga. Namun perlu diingat, ekonomi bukanlah satu-satunya faktor yang membuat kehidupan keluarga menjadi bahagia. Terkadang, rumah tangga yang ekonominya pas-pasan malah bisa lebih bahagia daripada rumah tangga yang ekonominya mapan. Fakta yang seperti memang tidak bisa ditolak. Namun, bagaimanapun, ekonomi yang mapan akan lebih baik daripada yang pas-pasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara isteri yang bekerja di luar rumah dengan isteri yang memilih berkarir di rumah tangga saja. Ada dampak positif maupun negatif dari pilihan isteri yang memilih sebagai wanita karir. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka (isteri) lebih bahagia dibandingkan dengan yang tidak bekerja di luar rumah (McLanahan & Glass, 1985), serta mereka merasa lebih bahagia dengan kehidupan perkawinannya (Blumstein & Schwartz, 1983). Perempuan pekerja yang mendapat dukungan sosial dari teman-teman kerjanya dan yang mersa terintegrasi secara sosial dengan lingkungan kerjanya juga dilaporkan merasa lebih sehat dan menghabiskan lebih sedikit hari di rumah sakit (Hibbard & Pope, 1985).[15]
Dalam sebuah studi perbandingan antara 208 suami yang isterinya bekerja dan 408 suami yang isterinya menjadi ibu rumah tangga menghasilkan data penting bahwa, suami yang isterinya bekerja akan lebih merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka dan kehidupan keluarganya daripada suami yang isterinya hanya tinggal di rumah saja.[18] Dan konsekuensi terpenting bagi suami adalah isteri yang memilih bekerja di luar rumah akan bisa mengurangi beban ekonomi keluarga.
Studi menunjukkan bahwa isteri yang memilih bekerja akan mengalami penurunan hasrat untuk melakukan hubungan seksual dengan suaminya (Berg, 1986). Namun ada studi lain yang menunjukkan bahwa tidak ada efek yang ditimbulkan dalam kehidupan perkawinan dari isteri yang memilih bekerja di luar rumah (Smith, 1985). Selain itu, isteri yang memilih ikut bekerja bisa merubah derajatnya dalam hubungan suami-isteri, karena juga memberi pemasukan secara finansial.
Anak adalah salah satu pihak yang terkena dampak dari pilihan isteri yang memilih bekerja di luar rumah. Anak yang kedua orang tuanya bekerja, akan lebih banyak melakukan pekerjaan domestik sebagai pengganti ibunya, daripada anak yang ibunya menjadi ibu rumah tangga saja.[19] Selain itu, anak yang ditinggal ibunya bekerja, akan lebih mudah terjerumus ke hal-hal negatif karena tidak ada yang mengawasi. Terlebih, dalam masa kanak-kanak adalah tahap di mana perhatian orang tua, utamanya ibu merupakan kebutuhan yang fundamental. Namun demikian, bagi anak perempuan yang ibunya bekerja, mereka akan mempunyai banyak opsi dalam berkarir daripada anak perempuan yang ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga (Selkow, 1985).[20]
Kesimpulan
Memang tidak bisa dipungkiri jika kemapanan ekonomi adalah salah satu pondasi utama dalam mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia, tentram, dan sejahtera. Kemapanan ekonomi adalah salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan sebuah keluarga. Sumber pendapatan dalam keluarga, baik yang berasal dari suami maupun kedua-keduanya (baca: suami-isteri), akan membawa kemaslahatan jika dikomunikasikan dengan baik. Suami yang bekerja maupun kedua-duanya yang bekerja hanyalah media untuk mendapatkan pemasukan ekonomi.
Daftar Pustaka
Knock, David.Choices in Relationships: an Introduction to Marriage and the Family, second edition. New York: West Publishing Company, 1988.
Mahmudah, Siti. Peran Wanita Karier dalam Menciptakan Keluarga Sakinah. file PDF diakses pada 08-03-2013
Nasir,Ridlwan.Sensitivitas Gender Kendala Optimalisasi Peran Perempuan dalamMajalah Sophia, IAIN Sunan Ampel Surabaya, edisi4/th.III/2003
Nugroho,Riant. Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia, cet. ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Prianggoro,Hasto.Problema Istri Bekerja, dalam Tabloid Novaedisi jum’at, 19 Maret 2010, diakses via online melalui http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Problema-Istri-Bekerja pada 08-03-2013.
Shihab,M. QuraishMembumikan Al-Qur`an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.
Footnotes:
[1]David Knock, Choices in Relationships: an Introduction to Marriage and the Family, second edition, (New York: West Publishing Company, 1988), hlm. 274-277
[2]Haifa A Jawad, Perlawanan Wanita, sebuah Pendekatan Otentik Relijius, terj. Moh. Salik, (Malang: Cendekia Paramulya, 2003), hal.1.
[3]Siti Mahmudah, Peran Wanita Karier dalam Menciptakan Keluarga Sakinah. file PDF diakses pada 08-03-2013.
[4]Ridlwan Nasir, “Sensitivitas Gender Kendala Optimalisasi Peran Perempuan” dalam Majalah Sophia, IAIN Sunan Ampel Surabaya, edisi4/th.III/2003, hal.15.
[5]Ibid
[6]M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), hal.275.
[7]Hasto Prianggoro, “Problema Istri Bekerja”,dalam Tabloid Novaedisi jum’at, 19 Maret 2010, diakses via online melalui http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Problema-Istri-Bekerja pada 08-03-2013
[8]David Knock, Choices in Relationships: an Introduction to Marriage and the Family, hlm. 281-283.
[9]Ibid, hlm 283-285.
[10]Ibid, hlm. 285-288.
[11]Ibid, hlm. 288-293.
[12]Ada berbagai macam definisi kesejahteraan. Sementara itu, definisi keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kehidupan sprituil dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Definisi ini penulis ambil dari slide “Konsep Keluarga Sejahtera”, ditulisa oleh salah satu dosen Universitas Indonesia (UI), Ns. Henny Permatasari, M. Kep. Sp. Kom, diupload April 2009.
[13]Pandangan yang demikian biasanya disebut dengan pandangan yang bias gender. Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Lihat Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia, cet. ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 2-3.
[14] David Knoxx,........hlm. 294.
[15] Ibid., hlm. 294-295.
[16] Ibid., hlm. 294.
[17] Ibid., hlm. 295.
[18] Ibid., hlm. 295.
[19] Ibid., hlm. 298.
[20] Ibid., hlm. 299.
Penulis:
Diyan Wuryaningrum
Moh, Iqbal Ghazali
Saiful Bahri
No comments:
Post a Comment