Friday, April 12, 2013

Belajar dari Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

Fisik Rasulullah SAW
Diriwayatkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra.: "Aku pernah bertanya pada pamanku Hind bin Abu Halah, aku tahu beliau sangat mengerti perilaku Rasulullah SAW, aku ingin sekali  mencontoh sifat Rasul, lalu dia menjawab:

"Rasulullah SAW adalah seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri seperti bulan di malam purnama, tingginya cukup, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua susu dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar darinya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulai salam kepada siapa yang ditemuinya."

Kebiasaan Rasulullah
Aku bertanya, "Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!". Jawab pamanku: "Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirahat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara, satu-satu kalimatnya, tidak berlebihan atau sebaliknya, lemah lembut tidak kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya."

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa beliau menjadi marah karena suatu urusan dunia atau hal-hal yang berkaitan dengannya, tetapi apabila beliau melihat kebenaran dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga beliau membelanya. Beliau tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila memberi isyarat maka diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, bila  merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, bila beliau marah beliau terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila beliau tertawa, beliau tertawa seperti embun yang dingin.

Al-Hasan berkata: "Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku lihat dia sudah terlebih dahulu menanyakan kepada pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan kepada ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar dan masuk beliau, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW.

Rumah Rasulullah
Al-Hasan ra. berkata: "Aku juga pernah bertanya pada ayahku tentang bagaimana Rasulullah SAW masuk rumah. Lalu dia menjawab: "Beliau masuk ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila beliau berada di dalam rumahnya, makawaktunya dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah SWT, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Bagian untuk dirinya itu dibagi untuk urusan dengan manusia dan untuk melayani semua orang baik awam maupun  khusus, tidak ada yang dibedakan.

Ketika melayani umat, beliau selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang untuk beliau didik, melayani mereka sesuai kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka beliau akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka, baik yang berkaitan dengan diri mereka sendiri atau kepentingan umat secara umum, memberi petunjuk dan memberitahu mereka apa yang seharusnya dilakukan demi kepentingan semua orang seraya mengingatkan: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab barang siapa yang menyampaikan keperluan orang lain kepada penguasa, niscaya Allah SWT akan meneguhkan kedua tumitnya di hari kiamat".

Beliau tidak berbicara lain kecuali untuk kebaikan umatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tidak meninggalkan tempat beliau kecuali telah tercerahkan. Dalam riwayat lain mereka tidak berpisah kecuali sesudah memperoleh banyak manfaat, mereka keluar dari majelis Rasuk sebagai orang yang ahli dalam agamanya.

Rasulullah di Luar
Hasan r.a. berkata: "Saya bertanya tentang keadaan beliau di luar, apa yang beliau lakukan?" Jawabnya:  "Ketika di luar, Rasulullah SAW mengunci lidahnya kecuali jika memang ada kepentingan untuk umatnya. Beliau selalu beramah-tamah kepada mereka, tidak kasar dalam berbicara. Beliau senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum serta meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang beliau mengingatkan orang ramai, tetapi beliau senantiasa menjaga hati mereka agar tidak terlihat selain wajahnya yang sejuk serta akhlaknya yang mulia. Beliau selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, bertanya kabar khalayak mengenai apa yang ditanggungnya. Yang baik dipuji dan dianjurkan, sementara yang buruk dicela dan dicegah untuk dilakukan.

Beliau selalu bersikap moderat dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai agar mereka juga tidak suka lalai atau menyimpang, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyimpang dari kebenaran, orang-orang yang selalu mendampinginya adalah orang-orang yang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling bisa memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam keadaan tersulit sekalipun.

Majlis Rasulullah
Hasan ra. berkata: "Saya lalu bertanya tentang majlis Nabi SAW dan bagaimana berlangusng?" Jawabnya: "Rasulullah SAW tidak duduk atau berdiri dalam sesuatu majelis, kecuali beliau berzikir kepada Allah SWT beliau tidak pernah memilih tempat tertentu dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila beliau sampai pada sesuatu tempat, di situlah beliau duduk sampai majelis itu selesai dan beliau memerintahkan seperti itu. Bila berhadapan dengan orang banyak maka beliau memberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya  merasa tidak ada yang dibedakan dalam penghormatan. Bila ada orang yang datang kepadanya karena suatu  keperluan atau kebaikan, beliau terus melayaninya dengan penuh kesabaran sampai orang itu beranjak dan kembali.

Beliau tidak pernah menolak keperluan orang lain yang dimintakan kepadanya, jika ada maka beliau memberikannya, dan jika tidak ada maka beliau menjawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budi pekerti Rasulullah sangat baik, perilakunya sangat bijak. Beliau dianggap semua orang seperti ayah, mereka semua dipandang sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Semua majlisnya ramah-tamah, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak melakukan hal yang terlarang, tidak pernah terlontar kata yang buruk dan keji, semua orang sama kecuali dengan kelebihan takwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dikasihi yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Al-Hasan ra. berkata: "Saya lalu bertanya tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk bersama beliau?" Jawabnya: "Rasulullah SAW selalu periang, selalu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong, segera melupakan hal yang tidak disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak berputus asa. Beliau tidak suka mencela orang dan menjelek-jelekkannya. Beliau tidak suka mencari-cari aib orang dan tidak berbicara mengenai orang lain kecuali yang mendatangkan manfaat dan pahala.

Apabila beliau berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila beliau berhenti berbicara, mereka baru mulai berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Beliau tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan beliau merasa takjub bila mereka merasa takjub. Beliau selalu bersabar bila didatangi orang asing yang sering bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu tanpa mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi beliau tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu bertemu seseorang yang datang dengan suatu keperluan, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Beliau juga tidak mengharapkan pujian dari siapapun yang ditolongnya, jika mereka mau memuji beliau, itu karena kehendak mereka sendiri. Beliau tidak pernah memotong pembicaraan siapapun sampai orang itu selesai berbicara, setelah itu barulah beliau berbicara, atau beliau menjauh dari tempat itu.

Diamnya Rasulullah
Hasan r.a. berkata: "Saya menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana keadaan diamnya?" Jawabnya: "Diam Rasulullah SAW bergantung kepada empat hal yang dijadikan pertimbangan, yakni: karena sopan santun, karena berhati-hati, karena mempertimbangkan kebaikan di antara manusia, dan karena bertafakkur. Sebab pertimbangannya adalah kerana persamaan dalam pandangan. Tafakkurnya adalah tentang apa yang kekal dan binasa. Dalam kepribadiannya terkumpul sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang bisa menyebabkan beliau marah atau benci. Dalam kepribadiannya terkumpul sifat berhati-hati dalam empat perkara, yakni: sennag berbuat baik untuk kepentingan umat baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat, agar orang lain dapat menjadikan suri teladan. Beliau menjauhi yang buruk, agar orang lain juga menjauhi dan tidak melakukan. Beliau selalu bersungguh-sungguh dalam mencari jalan yang baik untuk  umat, melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan manfaat bagi umatnya, baik  dunia maupun akhirat.
(Thabrani - Majma'uz-Zawa'id 8: 275)


No comments:

Post a Comment